Keterdesakan Membuat Saya Bisa Melawak

Author Edwinstar - -
Home » » Keterdesakan Membuat Saya Bisa Melawak

“Saya bukanlah selebritis atau orang terkenal. Saya hanyalah orang biasa yang kebetulan kerjanya harus menghibur di layar kaca”. Kata-kata itu terlontar dari komedian Mucle Khatulistiwa, di tengah-tengah pertemuan saya beberapa waktu lalu. Mucle Khatulistiwa yang nongol setiap minggu di Democrazy, salah satu parodi politik di salah satu Televisi Swasta, adalah komedian dan entertainer yang punya bakat segudang.
Mucle Khatulistiwa, Hidup Mulai Dari Nol
Pria kelahiran Kebayoran Lama, Jakarta, empat puluh satu tahun yang lalu ini bernama asli Mukhlas. Jalan hidupnya panjang dan melelahkan. Dan hingga mencapai titik pijak yang dialami sekarang, bukan diraih dengan cara yang mudah. Perjalanan hidupnya penuh dengan lika-liku, naik turun. Pendidikan dimulai dari Pondok Pesantren Darunnajah, satu angkatan dengan Ust. Arifin Ilham. Lalu, ia melanjutkan ke IAIN Syarif Hidayatullah (Sekarang jadi UIN Syarif Hidayatullah) Jakarta, yang berlokasi di Ciputat, Banten.

Sejak kuliah, Mucle adalah orang yang sangat kreatif. Aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan, menyebabkannya mesti menyelesaikan kuliah dalam waktu tidak tanggung-tanggung: 14,5 semester. “Tentu saja bukan hal baik untuk ditiru”, katanya mengingatkan. Namun ia bersyukur, perjalanan panjang selama kuliah membuatnya “lebih tahan banting” menghadapi kehidupan.
Kalau Anda belum mengenal siapa Mucle, mungkin gayanya saat memparodikan lagu-lagu Bang Haji Rhoma Irama akan mengingatkan. Kata-kata “Sungguh Terlalu” yang dilafalkan dengan logat khas Bang Haji menjadi salah satu ciri dari lawakannya. “Banyak orang yang meniru logat dan gaya Bang Haji dalam menyanyi, tetapi dari sekian banyak orang tersebut, saya yang dipertemukan dengan Bang Haji dalam dua kali wawancara di stasiun TV”. Dan ternyata, masih menurut Mucle, Bang Haji juga tidak keberatan: “Ngga apa-apa, itu kan untuk kebaikan kita semua”, sekali lagi, tentu dengan gaya khas Bang Haji yang bisa Anda bayangkan sendiri.
Cerita tentang meniru gaya Bang Haji ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang disengaja. Bermula dari saat kos mahasiswa dulu, tetangga kosnya sangat sering menyetel lagu-lagu dangdut, khususnya lagu Bang Haji. Saat itu, Mucle bukanlah orang yang suka dangdut. Lagu-lagu yang ia dengarkan adalah lagu-lagu Barat cenderung metal seperti Mr Big, Deep Purple, dan lain-lain. Mucle, bahkan boleh dibilang benci dengan dangdut. Tetapi apa lacur, apa yang dibencinya dulu ternyata menjadi salah satu senjata yang menjadi “jualan” lawakannya. Karena itulah ia bilang, “jangan membenci sesuatu terlalu keras, siapa tahu suatu saat kita akan hidup dengan apa yang kita benci”.
Mucle memulai karir sebagai seorang pemusik. Bakat menyanyinya sekarangpun sebenarnya masih ada, tetapi masih disimpan. “Suatu saat nanti, saya masih terobsesi untuk membuat album lagu”, begitu tuturnya. Bersama kawan-kawannya, ia mendirikan grup musik yang manggung dari satu tempat ke tempat lain. Bahkan sebenarnya ia sudah merekam 4 lagu untuk dijadikan album. Sayang, krisis moneter mendera tanah air, hingga produser yang akan memproduksi album tersebut batal memproduksi terimbas krisis.
Tetapi Mucle tidak putus asa, prinsip hidupnya adalah ia harus berusaha bekerja, apapun pekerjaan itu, sebagai wujud pertanggungjawabannya sebagai laki-laki, dan juga wujud pertanggungjawabannya kepada Tuhan. “Kerja adalah Ibadah”, begitu Mucle bertutur. “Karena itu, bersungguh-sungguhlah kita dalam bekerja, karena bernilai ibadah kepada Tuhan”.
Berbagai jenis usahapun dilakoninya. Jual beli barang, advertising dan percetakan, dan berbagai usaha lain. Saya ingat betul, saat dulu ada kegiatan Kuliah Kerja Nyata, kelompok kami memesan cindera mata kepada Mucle sebagai kenang-kenangan.  Usaha ini berjalan biasa-biasa saja, hingga akhirnya terbukalah jalannya saat beberapa temannya mengajaknya untuk membangun grup lawak bersama-sama.
Mucle mengaku, pada dasarnya ia tidak bisa melawak. Tetapi beban hidup yang berat membuatnya “terdesak” untuk berbuat sesuatu. Dan keterdesakan itulah yang memang sering membuat seseorang mampu berbuat sesuatu yang tidak dibayangkan sebelumnya. Dalam kasus Mucle, yang tadinya ngga bisa ngelawak, tiba-tiba mesti bisa ngelawak. Akhirnya, dipaksa untuk bisa ngelucu padahal tadinya ngga lucu.
Dan anehnya, setelah dipaksa, kok jadi lucu juga. Saya merasakan di sinilah kejadian lucu yang benar-benar lucu. Bagaimana mungkin Mucle yang tidak lucu, karena keterdesakan akhirnya bisa mengeluarkan”bakat ngelucu” dalam dirinya, hingga justru menjadi jalan hidupnya sekarang.
Saat benar-benar bisa melucu, ternyata tidak mudah juga untuk mendapatkan order kerja. Apalagi dalam dunia entertainment yang persaingannya begitu ketat, memposisikan diri sebagai pelawak lucu yang patut diperhitungkan tentu saja bukan perkara mudah. Dan akhirnya, singkat cerita, melalui berbagai rintangan dan tantangan, Mucle berhasil mencapai satu titik berikutnya; sebagai komedian yang rutin mengisi acara di TV. Pencapaian ini tentu saja sangat disyukuri, namun belum menjadi akhir dari sebuah perjalanan. Masih banyak cita-cita dan impian Mucle yang belum terlaksana, yang itu terus menjadi obsesi dan motivasi untuk terus bekerja lebih keras.
Cerita tentang Mucle adalah cerita tentang perjuangan yang harus dimulai dari nol. Dan dalam hidup ini, banyak sekali orang yang harus mengalami hal yang sama, bahkan terkadang jauh lebih susah. Jatuh ke dalam dasar kehidupan, di mana orang mungkin hanya sejengkal dari rasa putus asa. Hidup terasa semuanya salah, saat nasib tidak juga beranjak lebih baik. Di situ, mentalitas kita benar-benar diuji. Di saat-saat seperti itulah kesabaran sangat diperlukan. Mengutip Bang Haji Rhoma Irama: “Sungguh Terlalu”, kalau kita baru berusaha sedikit, terus mengeluh dan tidak bersabar.
Percayalah, justru di saat-saat kita terdesak, biasanya akan muncul ide-ide kreatif yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Itulah momentum untuk berubah, jangan sampai ia lewat tanpa kita bisa memanfaatkannya dengan baik. Jadi, jangan takut kalau kita jatuh ke dasar paling dalam dari hidup kita, karena sedikit kesabaran akan membawa kita kembali naik ke atas.

Diberdayakan oleh Blogger.