Author Edwinstar - -
Home » »


TEKNIK-TEKNIK AKTING !!!!!

Cara apa yang harus dilakukan aktor untuk menjalankan aktingnya? Rancangan itu mula-mula datang dari citra sutradara. Tetapi selanjutnya, harus diingat, sutradara tidak menyajikan itu lewat tubuhnya. Aktor yang tampil di depan penonton menyajikan rancangan itu.



Ketika kita mempertanyakan cara-cara akting, maka akhirnya kita sampai pada jawaban tentang teknik main seorang aktor menyajikan rancangan kerjanya lewat tubuhnya.
Dalam sejarah teater, kita dapati peninggalan cara-cara yang bersinambung, kemudian jadi wawasan-wawasan yang beraneka ragam dalam kaidah keindahan akting sampai saat ini. Kendatipun semuanya berbeda dan cenderung mandiri, dalamnya kita tetap peroleh sifat kegandrungan yang bertujuan sama, yakni bagaimana menciptakan tingkat permainan yang jitu dan berkesan.
Dari sejarah itu, kita dapat perubahan-perubahan semangat teater yang terjadi pada bentuk-bentuk penyajian yang saling bersikeras pada pengalaman batin masing-masing. Buat seorang aktor, ia perlu, bahkan mutlak menyusuri sejarah itu, untuk memperkaya diri, menemukan wawasan. Wawasan tak datang sebagai mukjizat. Wawasan datang berkat ketekunan, bergaul dengan wawasan yang telah ada sebelumnya dalam peristiwa sejarah. Pergumulan dengan wawasan demi wawasan menyebabkan seseorang bisa menciptakan gagasan-gagasan  baru dalam wawasannya itu. Dan kita sadar, seni senantiasa hidup jika seniman memiliki gagasan, merangkumnya jadi wawasan.
Wawasan yang perlu diperhatikan aktor adalah mengenai wawasan verbal, wawasan emosional, wawasan intelektual, dan terakhir wawasan fisikal. Keempat wawasan ini merupakan dasar-dasar akting.

1. Wawasan Verbal. Telah kita katakan, drama adalah genus sastra. Maka akting dengan sendirinya diikat pada wasilah-wasilah sastra, pada kata-kata, pada wawasan verbal. Yang diharapkan, bagaimana aktor mencoba setia pada kata. Tentu saja ini telah menjadi masalah paling rumit selama ini. Aktor selalu bergantung pada inten pengarang. Sastra jadi seperti tembok. Dihancurkan, tetapi tak pernah porak-poranda. Malah tetap berdiri. Dan itu artinya kedudukan pengarang tetap berdaulat. Aktorlah yang harus memberikan penafsiran hidup pada kedaulatan pengarang itu. Tanpa aktor, naskah takkan mampu bicara, merumuskan pikiran-pikiran pengarang. Peter Brook tepat mengatakan, “Jika Anda biarkan sebuah lakon bicara sendiri ia tak akan bersuara apa-apa”.
Adapun wawasan verbal, ketaatan aktor pada sastra, dapat kita sorot pada dua wasilah, antara yang bersifat epik, dan yang bersifat lirik, keduanya timbal balik.
a.       Wasilah  lirik. Disini aktor berada di dalam.
b.      Wasilah epik. Disini aktor berada di luar.
2. Wawasan emosional. Dulunya orang luput terhadap pelik emosi. Setelah zaman David Garrick kita lihat mulai terbecik secara runtun hal-hal emosi. Lebih jauh, kita temui penguasaan emosi pada realisme. Emosi dikuasai, diseleksi dalam suatu wadah ingatan, disusun kembali dalam akting seperti rangkaian mimpi. Proses ini sebangun dengan asas pendalaman tentang membebaskan hati terhadap masuknya perasaan untuk bahan-bahan ilham.
Untuk itu, kepekaan seseorang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Yang kita periksa disini, kepekaan sumber ilham yang terdiri dari dua tataan yang bertautan, yaitu, kepekaan yang rendah dan kepekaan yang tinggi.
a.       Kepekaan rendah. Masuk dalam bilangan ini perasaan-perasaan indra dan naluri.
b.      Kepekaan tinggi. Ini mencakup perasaan-perasaan etis, estetis, theologies, intelektual.
3. Wawasan intelektual. Teater disini bukan saja seni, tetapi ia sepenuhnya ilmu yang sangat kompleks. Segala bentuk kebudayaan kita temui dalam teater. Dari teknologi kita berhadapan dengan arsitektur gedung, peralatan listrik pada lampu, atau jika perlu efek bunyi. Dari ekonomi kita berhadapan dengan system manajemen pertunjukkan, bagaimana menjual karcis, promosi dan harus laku. Kemudian akting berpapas pada pesikologi, sosiologi, sejarah, filsafat dan seterusnya. Maka wawasan intelektual sifatnya analistis. Artinya, perkara intelektual, jabaran atasnya bisa teoritis, bisa juga praktis.
a.       Jabaran teoritis. Yang didambakan disini adalah bagaimana kecerdasan mencipta itu terselenggara dalam diri.
b.      Jabaran praktis. Dambaan teoritis tadi kini bersifat eksekutif, yakni cara melakukan sesuatu dengan cerdas.
4. Wawasan fisikal. Akting diperhintungkan dengan semangat dalam gerak-gerak visual, terutama bagian luar perasaan emosi. Tubuh secara luar adalah peraga yang menentukan gambar-gambar hidup. Ini ada untungnya buat teater-teater baru yang bermain dalam udara tersingkap. Penonton ditempat yang jauh dari pemain. Dengan begitu, mereka tak bisa menikmati mimik yang tampil diwajah akibat suasana kalbu. Sebagaimana gantinya, olah tubuh yang lentur diperbanyak frekuensinya. Tubuh berbicara secara lahir.
Setelah zaman realisme, ketika orang menghendaki suatu bahasa kalbu yang dalam, boleh jadi akting fisikal ini dianggap kasar. Namun, dalam perkembangan sekarang nampak adanya trend yang hendak berjaya dengan wawasan fisikal, perwujudan akting dengan titik-berat jasmani. Ini berawal pada teater penemuan Artaud, Teater Kekejaman (Theatre de la Cruaute). Yang dijayakan Artaud, oleh jasmani lewat gesture-gestur. Kata Artaud tersendiri, “Gestur adalah satu-satunya bahasa yang paling benar”.  Dan memang benar, gestur dalam teater Artaud jadi nyaris liar dan sangar karena gestur disana digerakkan secara magis.
Kini, modus teater kontemporer banyak diwarnai oleh gerak-gerak fisikal Artaud. Malahan segi verbal cenderung dihilangkan begitu saja, sehingga yang dinamakan wawancang, walaupun asalnya dari sebuah naskah, sengaja muncrat bertubi-tubi macam nyanyian kodok.


AKTOR DAN DIRINYA

 AKTOR DAN DIRINYA

K
emampuan ekspresi adalah pelajaran pertama yang harus dilalui seorang actor sebelum masuk ke pelajaran-pelajaran yang lain yang berhubungan dengan naskah. Kemampuan ekspresi adalah usaha seorang actor untuk mengenal dirinya. Si actor akan berusaha untuk meraih ke dalam dirinya dan menciptakan perasaan-perasaan yang dimilikinya setiap hari, untuk menjadi lebih peka responnya.
Dia akan berusaha untuk menciptakan system reaksi yang beragam yang dapat memenuhi tuntunan teknis pementasan. Banyak actor yang mengatakan bahwa dia sudah mengenal dirinya, bahwa dia mengenal dirinya karena orang lain yang mengatakannya begini atau begitu, bahwa dia mengenal dirinya, melalui segi fisiknya. Tetapi itu saja belum cukup karena seorang actor harus mengerti bahwa kemampuan ekspresi di muali dari usahanya mendisiplinkan diri. Disiplin yang berakar dari rasa hormat seseorang pada dirinya, lawan main seniman-seniman  lain dari dunia teater, bahkan kepada khlayak umum yang tidak ada hubungannya dengan seni akting. Tentang disiplin,Konstain Stanislavsky berkata:”
         Coba jelaskan kepada saya kenapa seorang pemain biola yang bermain di sebuah orkestra harus melakukan latihan berjam-jam setiap hari,karena kalau tidak kemampuanya bermain akan hilang? Kenapa seorang penari bekerja berjam-jam setiap hari untuk melenturkan otot-ototnya? Kenapa seorang pelukis, pematung, atau penulis berlatih berjam-jam setiap hari dan kehilangan hari berlatih itu jika dia tidak latihan? Dan kenapa seorang actor boleh untuk tidak melakukan apa-apa,membuang hari-harinya di kafe-kafe dan berharap mendapat inspirasi pada malam hari? Cukup. Apakah ini seni jika, pendeta-pendetanya berbicara seperti amatir-amatir?tidak ada seni yang tidak menuntut kesempurnaan.1
 Dasar dari kemampuan ekspresi adalah diri pribadi seorang actor ketika dia berhubungan social dengan orang lain. Fondasi inilah yang diatasnya harus dibangun kemampuan-kemampuan ekspresi diri. Sebagai seorang actor  dalam kehidupan sehari-hari, dia sebenarnya sudah berlatih bertahun-tahun untuk memainkan dirinya sendiri. Tetapi sebagai actor panggung atau film, dia harus mampu memainkan karakter-karakter yang beragam macamnya, terkadang berbeda jauh dengan dirinya sehari-hari, dia haru mampu untuk”hidup” di “dunia” yang berbeda itu. Dia harus mampu menggunakan energi yang dimilikinya untuk meraih pengalaman-pengalaman baru untuk dipresentasikan dalam ebuah pertunjukan. Didalam kehidupan sehari-hari si actor sudah memainkan peran yang berbeda-beda untuk situasi dan penonton yang berbeda-beda.Misalnya, ketika berbincang dengan atasan, sahabat karib, pacar, atau kenalan biasa, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa dia memiliki postur tubuh, kualitas suara dan bahasa yang berbeda-beda.demikian pula dengan rasa percaya diri, termasuk besar tubuh, berat, rasa apakah dia menarik atau tidak,dan caranya memproyeksikan pandangan diri orang-orang tersebut tentang dirinya.Semua ini mempunyai bentuk dan cara yang berbeda-beda, tetapi semua itu tetap mewakili diri pribadi si actor sendiri, bukan orang lain. Demikian pula halnya diatas panggung atau didepan kamera, dimana si actor akan memainkan peran yang berbeda-beda tetapi tetap adalah dirinya sendiri. Segi social dari keaktoran ini harus dilatih sedemikian rupa sehingga ia peka dan memiliki respon yang beragam. Untuk kemampuan ekspresi ini, stanislavsky :”Selalu dan kapanpun kau berada diatas panggung, kau harusmemainkan dirimu sendiri. Tetapi dalam beragam kombinasi sasaran yang tidak terbatas dan keadaan tertentu yang sudah dipersiapkan untuk peranmu dan yang telah dilebur dalam tungku pembakaran ingatan emosimu”.2Penulis naskah sudah menyiapkan beragam kombinasi sasaran dan keadaan untuk peran yang si actor mainkan, dimana dia meleburnya dalam tungku pembakaran ingatan emosi atau pengalaman pribadinya. dengan kata lain, proses kehidupan social, modal, psikologi, politiknya.
            Kemampuan ekpresi menurut teknik-teknik penguasaan tubuh seperti relaksasi, konsentrasi, kepekaan, kreatifitas, dan kepenuhan diri (pikiran, perasaan, dan tubuh yang seimbang) seorang actor harus terpusat pada pikirannya.Lentur otot-ototnya sehingga dia siap siaga untuk betindak dengan gestur-gestur yang tidak di persiapkan terlebih dulu,tetapi dengan spontan keluar dari dalam dirinya sehingga fungsi dan kualitasnya terlihat jelas dan mengekspresikan perasaanya yang terdalam, demikian pula dengan teknik-teknik penguasaan suara yang menuntut proses pernafasan dan alat ucap yang terlatih sehingga si actor mampu memproduksi suara dan menciptakan artikulasi yang jelas. Latihan-latihan vocal ini tediri dari tidak hanya latihan-latihan penafasan dan artikulasi, tetapi juga mengenal bunyi huruf baik konsonan maupun huruf hidup, yang sifat nasal atau tidak nasal.

Tentu dalam setiap latihan, si actor harus mampu mengasosiasikan semua kemampuan ini kedalam aksi dramatis dan karakter yang dimainkannya.Mungkin pada mulanya, si actor tidak begiti banyak berhadapan dengan naskah ketika dia sedang meningkatkan  kemampuan ekspresinya.Semua latihan yang dilakukanya mungkin saja tidak dapat langsung diasosiasikan dengan naskah.Tetapi banyak latihan-latihan improvisasi yang dapat dilakukanya yang behubungan dengan kemampuan ekpresi tetapi sesuai dengan suasana, situasi dan tuntunan-tuntunan teknis dari sebuah pementasan.
            Dengan demikian, kemampuan ekspresi tidak banya menuntut si actor untuk segera menguasai karakter-karakter dari naskah-naskah yang konfliknya ringan atau berat.Pendidikan akting sebaiknya tidak langsung dimulai dengan menyelidiki atau memainkan karakter. Perhatian utama si actor harus diberikan pada seluruh apparatus fisiknya, pada seluruh proses untuk mengenal dirinya dia tidak dibenarkan untuk mengerti seorang hamlet atau romeo, atau Macbeth jika dia sendiri tidak mengenal siapa dirinya. Karakter-karakter hasil dari daya khayal penulis naskah tidak mungkin dapat dimainkan dengan jujur, atau dipresentasikan dengan sempurna, jika si actor yang memainkannya tidak mengenal siapa dirinya. Bagaimana orang mampu mengenal orang lain jika dia sendiri tidak mengenal dirinya?

PROSES PRODUKSI VIDEO
Saat ini kita asumsikan kalau kita telah memiliki sebuah judul cerita, misalnya “Pernikahan Wishnu dan Ema”, “Profil Perusahaan Jamu Cap Kapak Maut”, atau “Petualangan Besar MatMitMut : Tentang Neraka Jahanam”, atau kita membuat sebuah 
video pendek untuk
konsumsi Web, kepentingan industri atau presentasi pelatihan, iklan televisi, feature film, atau hanya sebuah proyek pribadi, maka semua proses yang dilakukan diatas sebenarnya memiliki kesamaan. Gambar dibawah ini menggambarkan tahapan-tahapan dalam proses produksi digital video secara umum, dengan adanya gambaran tersebut maka akan menjadi jelas letak dan fungsi pekerjaan video editing dalam proses produksi digital video. Apabila kita melihat bagan alir proses produksi digital video tersebut, maka suatu waktu terlihat bahwa ada tahapan yang overlap, proses produksi digital video sebenarnya tidak harus sama seperti bagan alir tersebut, tetapi kita dapat mengadaptasikan rangkaian kerja tersebut sesuai dengan kebiasaan, ataupun gaya kerja kita, karena setiap orang pasti memiliki gaya kerja yang berbeda-beda.
Preproduction/Praproduksi
Preproduction atau Pra Produksi merupakan 
tahapan perencanaan. Secara umum merupakan tahapan persiapan sebelum memulai proses produksi (shooting film atau video). Dengan lahirnya teknologi digital video dan metode nonlinear editing maka proses produksi video menjadi lebih mudah. Ketika kita akan memulai sebuah proyek, terkadang kita telah memiliki stock-shoot/footage video yang kita butuhkan, untuk itu kita harus melakukan peninjauan ulang segala kebutuhan sesuai dengan cerita yang akan kita buat. Artinya, kita harus mempersiapkan footage videoyang telah ada, fotografi, diagram dan grafik, gambar ilustrasi, atau animasinya. Tetapi banyak pula para videographer yang memulai dari awal atau dari nol. Pada intinya tujuan pra produksi adalah mempersiapkan segala sesuatunya agar proses produksi dapat berjalan sesuai konsep dan menghasilkan suatu karya digital video sesuai dengan harapan.
• Outline
Untuk mempermudah membuat proyek video, maka kita harus membuat sebuah rencana kasar sebagai dasar pelaksanaan. Outline dijabarkan dengan membuat point-point pekerjaan yang berfungsi membantu kita mengidentifikasi material apa saja yang harus dibuat, didapatkan, atau disusun supaya pekerjaan kita dapat berjalan. Outline dapat disusun dengan rekan kerja atau dengan klien kita, supaya kita dapat menghasilkan sebuah visi dan persepsi yang sama tentang langkah pelaksanaan proyek yang akan dibuat.
• Script/Skenario
Dengan menggunakan outline saja sebenarnya sudah cukup untuk memulai tahapan pelaksanaan produksi, tetapi dalam berbagai model proyek video, seperti iklan televisi, company profile, sinetron, drama televisi, film cerita dan film animasi tetap membutuhkan skenario formal yang berisi dialog, narasi, catatan tentang setting lokasi, action, lighting, sudut dan pergerakan kamera, sound atmosfir, dan lain sebagainya.
• Storyboard
Apabila kurang cukup dengan outline dan scenario, maka kita dapat pula menyertakanstoryboard dalam rangkaian perencanaan proses produksi kita. Storyboard merupakancoretan gambar/sketsa seperti gambar komik yang menggambarkan kejadian dalam film. Di dalam gambar tersebut juga berisi catatan mengenai adegan, sound, sudut dan pergerakan kamera, dan lain sebagainya. Penggunaan storyboard jelas akan mempermudah pelaksanaan dalam proses produksi nantinya
• Rencana Anggaran Biaya
Ketika kita sedang mengerjakan proyek professional ataupun pribadi, maka sangat dianjurkan untuk merencanakan anggaran biaya produksi. Dalam proyek professional, rencana anggaran biaya berguna untuk mengamankan keuangan perusahaan. Tanpa anggaran biaya yang terencana, dan hanya mengandalkan spekulasi, maka prosentase kerugian akan menjadi besar. Rencana anggaran biaya meliputi gaji untuk kita, rekan kerja, actor dan talent lainnya (effect specialist, graphics designer, musisi, narrator, dan animal trainers), begitu pula dengan pembelian kaset DV, biaya sewa lokasi, kostum, properties, sewa peralatan, catering dan yang lainnya.
Production/Produksi
“Quiet on the set! Action! and Roll ’em!”, kata-kata tersebut seringkali terdengar saat shooting berlangsung, pada intinya merekam kejadian langsung, adegan animasi dan suara pada film, videotape atau DV untuk menghasilkan footage/clip disebut dengan “production” atau proses produksi. Selama proses produksi berlangsung, perhatian kita akan tertuju pada lighting/pencahayaan, blocking (dimana dan bagaimana aktor atau subyek kita bergerak), dan shooting (bagaimana pergerakan kamera dan dari sudut mana scene kita dilihat). Ada banyak referensi yang bagus untuk mempelajari lebih dalam mengenai proses produksi. Pembuatan animasi/motion graphics dapat pula dikategorikan dalam proses produksi, karena bertujuan menghasilkan footage yang nantinya akan disusun dan diedit dalam proses pasca produksi.
Post Production/Paska Produksi
Setelah proses produksi maka akan dihasilkan footage atau koleksi klip video. Untuk membangun dan menyampaikan cerita, maka harus mengedit dan menyusun klip-klip tersebut dan tentu saja menambahkan visual effects, gambar, title dan soundtrack. Proses diatas disebut dengan postproduction atau pasca produksi. Berikut ini merupakan aplikasi dari Adobe yang khusus dirancang untuk proses pasca produksi :
• Adobe Premiere Pro, aplikasi editing yang real?time untuk para professional dalam bidang digital video production.
• Adobe After Effect, sebuah aplikasi khusus untuk Motion Graphics dan Visual Effect.
• Adobe Audition, aplikasi professional untuk pengolahan audio digital.
• Adobe Encore DVD, aplikasi professional untuk DVD authoring.
Selain aplikasi-aplikasi diatas, dikenal pula dua aplikasi grafis professional yang juga memainkan peranan penting dalam menghasilkan elemen grafis berkualitas tinggi, aplikasi tersebut adalah Adobe Photoshop dan Adobe Illustrator
PENGERTIAN AKTING
 Seorang actor yang tidak memiliki latar belakang pengertian acting sama sekali tentu saja perlu mendalaminya melalui pengertian teori, teknik, dan praktek. Mungkin untuk dapat menguasai pengertian teori dan praktek, si actor harus lebih dulu mengerti arti kata acting itu sendiri.

            Akting diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kata peran (pemain sandiwara) yang  dalam kamus berarti proses, cara, perbuatan memahami pelaku yang diharapkan dan dikaitkan dengan seseorang. Tentunya tidak hanya memahami tetapi juga melakukan orang tersebut. Sebenarnya asal kata “acting” adalah “to act” atau dalam bahasa Indonesia berarti “beraksi”. Itu sebabnya kita sering mendengar sutradara meneriakkan “action!” di belakang kamera ketika actor akan memulai actingnya. Akting dengan demikian lebih berarti mengaksikan peran yang dimainkan.
            Pendekatan presentasi adalah pendekatan yang di dasari oleh definisi di atas tetapi ketika melakukannya di panggung bukan dengan maksud memberikan ilustrasi prilaku yang sudah dipahami sebelumnya. Akting menggunakankepribadian manusia sebagai dasar metodenya, manusia yang terdiri dari tiga bagian penting yaitu fisikal, intelektual, danspiritual yang dalam acting presentasi disebut ekspresi (fisikal), analisa (intelektual), dan transformasi (spiritual). Usaha actor yang mengerti definisi acting adalah mengembangkan dan membuat peka kemampuannya berekspresi, menganalisa naskah, dan mentransformasikan diri. 
            Ketika bagian penting ini tergantung satu sama lainnya dan tidak ada guna jika hanya mengetahui satu kemampuan saja. Dengan melatih ketiga bagian dari dirinya itu, si actor akan mampu membuka diri dan memberi pengalaman hidupnya kepada si karakter di atas panggung sesuai dengan sasaran-sasaran dan situasi yang diberikan oleh si penulis naskah.
            Setiap kemampuan yang menjadi bagian dari seni acting di atas mempunyai latihan-latihan khusus yang dijelaskan secara terperinci dalam buku ini. Untuk kemampuan ekspresi, misalnya, latihan-latihannya tidak dilakukan hanya dengan olah tubuh dan olah suara saja tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari termasuk ketika dia bersosilalisasi dengan teman-temannya. Semua proses kehidupannya adalah proses pendidikan sebagai seorang actor. Tentu dibutuhkan teknik-teknik tertentu untuk dapat melihat proses kehidupan social yang dilakukan si actor sebagai proses dari pendidikan aktingnya.
            Demikan pula untuk kemampuan analisa dan transformasi, banyak naskah yang dapat di baca oleh para actor dan dipelajari secara terperinci untuk melihat visi penulisnya . Semua teknik-teknik ini tidak saja dipelajari dari buku-buku acting tetapi juga dari beberapa buku tentang penyutradaraan. Tentu saja si actor membutuhkan lawan main dan tempat latihan yang memadai untuk melatih adegan-adegan yang sudah dianalisanya sehingga dia dan lawan mainnya dapat melakukan eksplorasi dan menentukan pilihan-pilihan yang patut untuk karakter yang mereka mainkan. 

Diberdayakan oleh Blogger.